Senin, 09 Oktober 2017

Wakaf, Zakat, Hibah, Wasiat

BAB II
PEMBAHASAN

I. Zakat
a. Pengertian Zakat
Zakat menurut bahasa berarti pengembangan dan pensucian.  Zakat berarti tumbuh, bersih, atau menambah kebaikan. Zakat menurut istilah ialah mengeluarkan sebagian dari harta benda atas perintah Allah sebagai sedekah wajib kepada mereka yang telah ditetapkan menurut syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum Islam.
Ibnu ‘Arabi mengatakan: Zakat diartikan sebagai sedekah wajib dan sedekah sunat atau nafkah, hak dan maaf.
b. Dasar Hukum Zakat
Zakat merupakan salah datu kewajiban dan rukun islam. Syari’at hanya mewajibkan zakat pada harta-harta tertentu saja dan telah menerangkannya secara rinci kepada umat manusia.
Allah SWT berfirman:

خُذْ  مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ  ؕ   اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ  ؕ  وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
"Ambillah zakat dari harta mereka guna membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui."
(QS. At-Taubah 9: Ayat 103)


Allah SWT berfirman dalam QS. At-Taubah 9: Ayat 60

اِنَّمَا الصَّدَقٰتُ لِلْفُقَرَآءِ  وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْعٰمِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّـفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِى  الرِّقَابِ وَالْغٰرِمِيْنَ وَفِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَابْنِ السَّبِيْلِ  ؕ  فَرِيْضَةً  مِّنَ اللّٰهِ  ؕ  وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ
"Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."
c. Harta yang Wajib Dizakati
1. Emas dan Perak
Wajib mengeluarkan zakat emas jika telah mencapai 20 dinar dan telah menjalani masa haul yang wajib dikeluarkan zakatnya ¼ atau 2,5%. Setiap lebih dari 20 dinar dikeluarkan 1/40 lagi.
Nisab perak 200 dirham yang besarnya zakat sama dengan emas (2,5% atau 5 dirham) dan telah menjalani masa setahun.
2. Binatang Ternak
Jumhur ulama sependapat bahwa binatang ternak yaitu unta, sapi, dan kambing wajib dizakati, sedangkan syarat wajib zakat binatang ternak adalah:
• Sampai senisab
• Berlangsung setahun
• Binatang tersebut digembalakan atau disabitkan rumput untuknya
• Tidak dipekerjakan.
3. Tanaman dan Buah-buahan
4. Zakat rikaz dan Barang Tambang
5. Zakat perniagaan
6. Zakat pencarian atau Profesi
7. Zakat fitrah
d. Orang yang berhak menerima zakat
1. Fakir
2. Miskin
3. Amil
4. Muallaf
5. Hamba sahaya
6. Gharim
7. Sabilillah
8. Ibn sabil
e. Orang yang tidak berhak menerima zakat
1. Orang kaya dengan harta atay dengan penghasilannya
2. Hamba sahaya karena mereka mendapat nafkah dari tuan mereka
3. Keturunan Rasul
4. Orang dalam tanggungan yang berzakat
5. Orang yang tudak beragama Islam

II. Wakaf
a. Pengertian Wakaf
Secara etimologi, kata wakaf berarti al-habs (menahan), radiah (terkembalikan), al-tahbis (tertahan), dan al-man'u (mencegah).
Menurut syara' banyak definisi yang dikemukakan oleh ulama diantaranya:
1. Sayyid Sabiq, menahan harta dan menggunakan manfaatnya dijalan Allah swt
2. Taqiyuddin Abu Bakr bin Muhammad al-Husaeni, yaitu menahan harta yang kekal zatnya untuk diambil manfaatnya tanpa merusak (tindakan) pada zatnya yang dibelanjakan manfaatnya dijalan kebaikan dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa wakaf adalah menahan benda yang tidak mudah rusak (musnah) untuk diambil manfaatnya bagi kepentingan yang dibenarkan oleh syara dengan tujuan memperoleh pahala dan mendekatkan diri kepada Allah swt.
Menurut Azhar Basyir ketentuan wakaf yaitu sebagai berikut:
• Harta wakaf harus tetap (tidak dapat dipindahkan kepada orang lain) baik dengan dijual belikan, dihibahkan, ataupun diwariskan.
• Harta wakaf terlepas dari pemilikan orang yang mewakafkannya.
• Tujuan wakaf harus jelas (terang).
• Harta wakaf dapat dikuasakan kepada pengawas yang memiliki hak ikut serta dalan harta wakaf.
• Harya wakaf dapat berupa tanah dan sebagainya yang tahan lama dan tidak musnah sekali digunakan.

b. Dasar Hukum Wakaf
Allah SWT berfirman QS. Al-Hajj 22: Ayat 77

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ارْكَعُوْا وَاسْجُدُوْا وَ اعْبُدُوْا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوْا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ   
"Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan agar kamu beruntung."

Allah SWT berfirman:

وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاحْذَرُوْا  ۚ  فَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوْۤا اَنَّمَا عَلٰى رَسُوْلِنَا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ
"Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul serta berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat) dengan jelas."
(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 92)

Dalam hadis Nabi Muhammad saw bersabda
“Jika manusia mati maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga: sedekah jariah (yang terus menerus), ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakan kepadanya”. (HR. Muslim).

c. Rukun dan Syarat Wakaf
Rukun yang harus dipenuhi dalam perkara wakaf yaitu:
1. Ada orang yang berwakaf (wakif)
2. Ada benda yang diwakafkan (maukuf)
3. Tujuan wakaf (maukuf alaihi)
4. Pernyataan wakaf (shigat wakaf)
Syarat wakaf yaitu:
1. Wakaf berlaku selamanya, tidak batasi oleh waktu tertentu.
2. Tujuan wakaf harus jelas, misalnya mewakafkan sebidang tanah untuk masjid.
3. Wakaf harus segara dilakasanakan setelah ada ijab dari yang mewakafkan.
4. Wakaf merupakan perkara yang wajib dilaksanakan tanpa adanya khiyar (membatalkan atau melangsungkan wakaf yang telah dinyatakan) sebab pernyataan wakaf berlaku seketika dan untuk selamanya.

d. Macam-macam Wakaf
Adapun macam-macam wakaf yaitu:
1. Wakaf Dzurri (keluarga) disebut juga wakaf khusus dan ahli ialah wakaf yang ditujukan untuk orang-orang tertentu baik keluarga wakif atau orang lain. Wakaf ini sah dan yang berhak untuk menikmati benda wakaf itu adalah orang-orang tertentu saja. Misalnya, seseorang mewakafkan sebidang tanah untuk keperluan biaya belajar orang dikampungnya yang miskin.
2. Wakaf Khairi yaitu wakaf yang ditujukan untuk kepentingam umum dan tidak dikhususkan kepada orang-orang tertentu. Wakaf inilah wakaf yang hikiki yang dinyatakan pahalanya akan terus mengalir hingga wakif itu meninggal dengan catatan benda itu masih dapat diambil manfaatnya.

III. Hibah
a. Pengertian Hibah
Secara bahasa kata hibah berasal dari bahasa Arab al-Hibah yang berarti pemberian atau hadiah dan bangun (bangkit). Kata hibab terambil dari kata “hubuubur riih” artinya muruuruha (perjalanan angin). Kemudian diapakailah kata hibah dengan maksud memberikan kepada orang lain baik berupa harta ataupun bukan.
Secara terminologi (syara') jumhur ulama mendefenisikan hibah yaitu “akad yang mengakibatkan pemilikan harta tanpa ganti rugi yang dilakukan oleh seseorang dalam keadaan hidup kepada orang lain secara sukarela”.

b. Dasar hukum Hibah
Allah SWT berfirman:

وَاٰ تُوا النِّسَآءَ صَدُقٰتِهِنَّ نِحْلَةً   ؕ  فَاِنْ طِبْنَ لَـكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِّنْهُ نَفْسًا فَكُلُوْهُ هَنِيْٓـئًـا مَّرِیْٓـــٴًﺎ
"Dan berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari (maskawin) itu dengan senang hati, maka terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 4)

Dalil hadis:
“Saling memberi hadiahla, maka kamu akan saling mencintai”. (HR. Bukhari Muslim).
“Siapa yang mendapatkan kebaikan dari saudaranya yang bukan karena mengharap dan meminta-minya, maka hendaklah ia menerimanya dan tidak menolaknya, karena itu adalah rezeky yang diberikan oleh Allah kepadanya”. (HR. Ahmad).

c. Rukun dan Syarat Hibah
Adapun rukun hibah yaitu:
1. Orang yang menghibahkan (al-Wahib)
2. Harta yang dihibahkan (al-mauhub)
3. Lafal hibah
4. Orang yang menerima hibah (mauhub lahu)
Syarat-syarat hibah:
1. Syarat orang yang menghibah
a) Penghibah memiliki sesuatu yang dihibahkan
b) Penghibah bukan orang yang dibatasi haknya
c) Penghibah itu orang dewasa
d) Penghibah itu tidak dipaksa
2. Syarat orang yang diberi hibah
Benar-benar ada pada waktu diberi hibah. Jika tidak ada atau diperkirakan keberadaannya misalnya masih dalam bentuk janin maka tidak sah hibah.
3. Syarat benda yang dihibahkan
a) Benar-benar benda itu ada ketika akad berlangsung.
b) Harta itu memiliki nilai (manfaat)
c) Dapat dimiliki zatnya
d) Harta yang dihibahkan itu bernilai harta menurut syara' maka tidak sah menghibahkan darah dan minuman keras.
e) Harta itu benar-benar milik orang yang menghibahkan
f) Harta yang dihibahkan terpisah dari yang lainnya, tidak terkait dengan harta atau hak lainnya.

IV. Wasiat
a. Pengertian Wasiat
Wasiat adalah pemberian seseorang kepada orang lain, baik berupa barang, piutang, ataupun manfaat untuk dimiliki oleh orang yang diberi wasiat sesudah orang yang berwasiat meninggal. Wasiat wajib adalah wasiat yang harus dilakukan seseorang bila ia mempunyai kewajiban syara’yang dikhawatirkan akan disia-siakan bila ia tidak berwasiat, seperti adanya titipan, hutang kepada Allah dan hutang kepada manusia. Wasiat sunah bagi kaum kerabat yang fakir atau orang-orang yang saleh yang memerlukan harta. Akan wasiat itu haram dilakukan jika akan menimbulkan kesulitan kepada ahli waris, juga haram mewasiatkan khamar, membangun gereja atau tempat hiburan. Dan hukum menjadi makruh jika harta yang ditunggalkan itu sedikit, sementara ahli waris masih memerlukan harta tersebut. Dan hukumnya mubah jika pemilik harta itu kaya, sementara ahli warisnya pun tidak terlalu memerlukan harta yang diwasiatkannya itu.

b. Rukun dan syarat Wasiat
1. Shigat wasiat (ijab kabul)
2. Orang yang berwasiat
3. Orang yang menerima wasiat
Ketentuannya yaitu:
a) Bukan ahli waris yang berwasiat
b) Bila yang berwasiat itu tertentu orangnya, maka disyaratkan orang itu telag ada dalam arti yang sebebarnya.
c) Yang menerima wasiat tidak pernah membunuh orang yang berwasiat kepadanya
4. Yang diwasiatkan
Syaratnya:
a) Sesuatu itu telah ada pada saat yang berwasiat itu meninggal dunia dan dapat diserahterimakan
b) Yang diwasiatkan adalah harta
c) Jumlah harta yang diwasiatkan tidak boleh lebih dari sepertiga harta yang dimiliki

c. Yang membatalkan wasiat
1. Apabila yang berwasiat itu sakit gila dan ia tetap mengidap itu sampai ia meninggal.
2. Apabila penerima wasiat meninggal dunia sebelum ia menerima wasiat.
3. Apabila harta yang diwasiatkan itu habis atau musnah sebelum yang berwasiat meninggal dunia
4. Apabila wasiat itu dicabut atau dibatalkan oleh yang berwasiat.



KESIMPULAN
 Zakat menurut istilah ialah mengeluarkan sebagian dari harta benda atas perintah Allah sebagai sedekah wajib kepada mereka yang telah ditetapkan menurut syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum Islam.
 Wakaf adalah menahan benda yang tidak mudah rusak (musnah) untuk diambil manfaatnya bagi kepentingan yang dibenarkan oleh syara dengan tujuan memperoleh pahala dan mendekatkan diri kepada Allah swt.
 Wasiat adalah pemberian seseorang kepada orang lain, baik berupa barang, piutang, ataupun manfaat untuk dimiliki oleh orang yang diberi wasiat sesudah orang yang berwasiat meninggal.
 Hibah yaitu akad yang mengakibatkan pemilikan harta tanpa ganti rugi yang dilakukan oleh seseorang dalam keadaan hidup kepada orang lain secara sukarela.



DAFTAR PUSTAKA
‘Uwaidah Muhammad Kamil , Fiqih Wanita, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999.
Sinaga Imran Ali , Fikih I, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2011.
Al-Khatib Al-Syarbini. M, al-Iqna fi al-Hall al-Alfadz Abi Syuza’, Indonesia: Dar al-Ihya al-kutub.
Basyir Azhar Ahmad , Utang Piutang dan Gadai, Bandung: Al-Maarif, 1983.
Harun Nasrun , Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.
Syahputra Irwan , Fiqh, Bandung: Citapustaka, 2011.

Copyright @ 2013 Tulisanku.